BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Definisi teknologi tidak sempit, tidak semata-mata sebagai suatu barang elektronik yang canggih, namun, teknologi pun memiliki definisi sebagai cara dan sumber. Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam segi alat, tak ubahnya teknologi dalam segi cara dan proses pun mengalami perkembangan, termasuk mengenai desain pembelajaran. Berkenaan dengan mata kuliah Desain Program Pendidikan dan Pelatihan ini, dalam pelaksanaannya pun menggunakan beberapa desain pembelajaran. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, setiap komponen harus memahami apa tujuan yang hendak dicapai dan langkah-langkah seperti apa yang dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Khususnya untuk tim pengembang desain maupun dari instruktur, guru, fasilitator, atau apapun sebutannya harus memahami desain pembelajaran seperti apa yang akan digunakan kemudian. Dalam kesempatan ini, pembahasan makalah berikut akan mengungkap mengenai Model Dick and Carey, salah satu model desain pembelajaran, agar adanya pemahaman mengenai desain pembelajaran tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa masalah yang dirumuskan yaitu sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan desain program pelatihan model Dick and Carey?
2. Bagaimana karakteristik dari model Dick and Carey?
3. Bagaimanakah prosedur dari model Dick and Carey?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model Dick and Carey?
5. Bagaimanakah contoh penerapan model Dick and Carey?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk memberikan informasi serta pemaparan mengenai model Dick and Carey beserta contoh penerapannya dalam sebuah program lembaga atau kegiatan. Secara khususnya dijabarkan sebagai berikut.
1. Memberikan informasi mengenai konsep desain program pelatihan model Dick and Carey.
2. Memberikan penjelasan mengenai karakteristik model Dick and Carey.
3. Memaparkan prosedur model Dick and Carey.
4. Memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan model Dick and Carey.
5. Memberikan informasi mengenai contoh penerapan model Dick and Carey.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui konsep dari model Dick and Carey.
2. Dapat memahami karakterisik model Dick and Carey.
3. Dapat mengetahui prosedur model Dick and Carey.
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model Dick and Carey.
5. Dapat mengetahui beberapa contoh penerapan model Dick and Carey.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Desain Program Pelatihan Model Dick and Carey
Menurut Joyce dan Weil model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2012:133). Ada pula yang disebut dengan model desain pembelajaran, dalam mata kuliah Model-model Pembelajaran dijelaskan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan ketika proses pembelajaran di kelas, sedangkan model desain pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk merencanakan pembelajaran atau dapat dikatakan dimulai sebelum proses pembelajaran di kelas. Model Dick and Carey merupakan salah satu model desain pembelajaran.
Model Dick and Carey ini pun dapat digunakan dalam mendesain program pelatihan. Model ini adalah model prosedural sebagai dasar untuk mempelajari model yang lain, model ini cocok digunakan oleh pemula karena setiap tahapannya menggambarkan langkah yang jelas dalam mendesain suatu program pembelajaran atau pelatihan dengan berpedoman pendekatan sistem. Model ini disebut berpedoman pendekatan sistem karena hakikat dari pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran ke dalam langkah-langkah, menyusun langkah-langkah secara logis, dan menggunakan hasil setiap langkah sebagai masukan untuk langkah berikutnya (Molenda dan Boling dalam Al-Ghifari).
B. Karakteristik Model Dick and Carey
Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh model Dick and Carey.
1. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati. Seperti telah dijelaskan bahwa model ini berpedoman pendekatan sistem.
2. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreativitas desainer pembelajaran profesional. Hal ini dikarenakan desainer pembelajaran mungkin memiliki cara lain yang menurutnya lebih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, dan model ini memang lebih cocoknya untuk pemula yang memang memerlukan prosedur yang sistematis.
3. Model Dick and Carey menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program desain. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
4. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit atau modul.
C. Prosedur Model Dick and Carey
Adapun komponen sekaligus prosedur yang merupakan langkah-langkah utama dari sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran.
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan model desain pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran.
2. Melakukan analisis instruksional.
Setelah melakukan identifikasi tujuan umum pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional, yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional diperlukan identifikasi kompetensi berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotor), dan sikap (atitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran.
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan hasil analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran perlu mengembangkan kompetensi atau tujuan pembelajaran spesifik (Instructional Objectives) yang perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum (Intructional Goal). Dalam merumuskan tujuan pembelajarn yang bersifat spesifik, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
a. Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
b. Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari.
c. Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran.
Dan dewasa ini dalam dunia pendidikan sering muncul istilah rumus “ABCD” dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus. ABCD tersebut adalah:
a. Audiens, berkenaan dengan siapa yang akan menjalani proses menuju pencapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini yaitu siswa atau peserta pelatihan.
Contoh: Peserta pelatihan
b. Behavior, berkenaan dengan perilaku apa yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran, perilaku ini bersifat dapat diamati dan diukur.
Contoh: dapat menyebutkan definisi kurikulum
c. Condition, berkenaan dengan kondisi lingkungan bagaimana yang diharapakan ada saat proses pembelajaran untuk mencapai tingkah laku yang diharapkan.
Contoh: tanpa melihat buku catatan
d. Degree, berkenaan dengan tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi sebagai standar atau ukuran bahwa siswa telah mencapai tujuan.
Contoh: tanpa salah atau dengan benar.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
Berdasarkan tujuan atau kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini dikenal juga dengan istilah penilaian hasil belajar. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan instrumen penilaian yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan agar program pembelajaran yang dirancang dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Strategi yang digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajaran atau instructional strategy. Bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan yaitu aktivitas pra-pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang dipilih untuk digunakan perlu didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut
a. Teori terbaru tentang aktivitas pembelajaran.
b. Penelitian tentang hasil belajar.
c. Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.
d. Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa.
e. Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
Pada tahap ini, peracang program pembelajaran dapat menerapkan strategi pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap sebelumnya ke dalam bahan ajar yang akan digunakan. Tahap ini berfungsi pula untuk memilih media yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Contoh jenis bahan ajar dan media yang dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran yaitu buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis komputer, program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh. Pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a. Membeli produk komersial.
b. Memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia.
c. Memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan.
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
Setelah draf atau rancangan program pembelajaran selesai dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf program.
Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu
a. Evaluasi perorangan. Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan satu atau tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang ketercernaan dan daya tarik program.
b. Evaluasi kelompok sedang. Evaluasi kelompok sedang atau kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa. Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program.
c. Evaluasi lapangan. Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
Langkah akhir dari proses desain dan pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program seperti analisis instruksional, entry behavior dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang program. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilaian independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Dick and Carey
1. Kelebihan dari model Dick and Carey adalah sebagai berikut.
a. Setiap langkah jelas, mengurai perencanaan yang terperinci sehingga dapat diikuti dengan baik terutama untuk pemula.
b. Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
c. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan di dalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
d. Model Dick and Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
2. Kekurangan dari Model Dick and Carey adalah sebagai berikut.
a. Kaku, karena setiap langkah telah ditentukan.
b. Tidak semua prosedur pelaksanaan pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
c. Tidak cocok diterapkan dalam e-learning skala besar.
d. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
e. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
E. Contoh Penerapan Model Dick and Carey
Beberapa contoh penerapan model Dick and Carey adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan Model Pembelajaran Entrepreneurship Terpadu dengan Aplikasi Learning Management System (LMS) Berbasis Internet/Intranet di Politeknik Malang.
Dalam jurnal karya Mohammad Maskan dan Ahmad Fauzi, Dosen Politeknik Malang, dengan judul tersebut di atas menguraikan bahwa dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran Enterpreneurship (E-ship) yang selama ini terkesan teacher center. Karena tidak semua yang mengontrak mata kuliah tersebut berasal dari ekonomi manajemen sehingga dirasa diperlukannya bahan-bahan lain selain informasi di kelas dari dosen. Metode penelitian dalam pengumpulan datanya menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Jumlah populasinya adalah 600 mahasiswa dan 240 dosen, dimana sampelnya adalah 15% yang diambil secara purposive sampling. Teknik analisa datanya menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasilnya menunjukkan bahwa perlunya menyediakan bahan-bahan belajar lain selain informasi dari dosen. Dengan berkembangnya teknologi, pemanfaatan internetpun menjadi salah satu alternatif yaitu dengan menggunakan LMS agar mahasiswa pun aktif mencari bahan dan mendapatkan bahan belajar di luar jam kuliah, artinya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Model Dick and Carey dijadikan model desain atau pengembangan dalam merancang langkah ini. Dipilihnya model rancangan pembelajaran Dick and Carey sebagai dasar pengembangan model pembelajaran Entrepreneurship berbasis internet/intranet, disebabkan ada 4 alasan yaitu model ini mempunyai langkah-langkah yang sistematik dan rinci yang pada dasarnya merupakan salah satu ciri pokok teknologi pembelajaran khas behavioristik, langkah-langkah prosedur itu saling berhubungan, urutan pengorganisasiannya sesuai dengan struktur mata kuliah Entrepreneurship, dapat membantu untuk memecahkan masalah belajar pembelajaran mata kuliah Entrepreneurship.
2. Pelatihan Mendesain Media Pembelajaran Menggunakan Model Dick and Carey bagi Guru-guru di Kecamatan Penebel.
Ini merupakan sebuah laporan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M). Dalam laporan ini dibahas bahwa telah dilaksanakannya P2M sebagai bentuk kegiatan pelatihan bagi guru-guru dengan rumusan “Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru dalam mendesain media pembelajaran di kecamatan Penebel”.
Pelatihan dilaksanakan selama dua hari. Kegiatan hari pertama adalah memberikan penjelasan/informasi/wawasan mengenai hakikat media pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Kegiatan hari kedua adalah pelatihan merancang beberapa contoh media media pembelajaran dan simulasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan bantuan media eksploratif. Merancang media pembelajaran yang eksploratif sesuai dengan konsep-konsep materi esensial dilakukan selama dua bulan dalam bentuk kegiatan pendampingan di sekolah masing-masing. Dalam prosedur Dick and Carey adanya tahap uji coba, namun karena waktunya yang terbatas sehingga kegiatan ini hanya sampai kepada penyusunan draf media pembelajarannya saja, sehingga pengadaan uji coba dan pendampingan lanjutan menjadi salah satu saran untuk ke depannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model desain pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah model Dick and Carey. Model ini merupakan model prosedural yang cocok bagi pemula untuk kemudian dapat mempelajari model desain yang lain. Poin penting dari karakteristiknya adalah bahwa prosedur yang terdapat dalam model ini tersusun secara sistematis dan rinci setiap bagiannya.
Model ini terdiri dari 10 prosedur yaitu mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, melakukan analisis instruksional, menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran khusus, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan ajar, merancang dan mengembangkan evaluasi formatif, melakukan revisi terhadap program pembelajaran, merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif. Model Dick and Carey ini memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi sistematisnya, dapat membantu untuk pemula namun, terkesan membatasi kreativitas untuk yang profesional.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga menjadi salah satu informasi untuk pembaca khususnya untuk pemula desainer pembelajaran agar dapat lebih memahami dan terus menggali model-model lain untuk meningkatkan kualitas desain program pembelajaran atau pelatihan yang sedang dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghifari, E. D.. (2014). Pembelajaran Dick and Carey. [Online]. Tersedia di: http://elinady.blogspot.co.id/2014/03/pembelajaran-dick-and-carey.html. Diakses 14 September 2015.
Hidayati, M. & Ruhena.(2014). Model Dick and Carey dan Model Icare. Tersedia di: http://pendidikandanbiologi18mh.blogspot.co.id/2014/11/model-dick-and-carey-dan-model-icare_11.html?m=1. Diakses 12 September 2015.
Maskan, M. & Fauzi, A.. (2014). Pengembangan Model Pembelajaran Entrepreneurship Terpadu dengan Aplikasi Learning Management System (LMS) Berbasis Internet/Intranet di Politeknik Malang. Jurnal JIBEKA, Vol. 8, No. 1, 1-3.
Parwati, N.N. & Suparta I.N.. (2012). “Pelatihan Mendesain Media Pembelajaran Menggunakan Model Dick and Carey bagi Guru-guru di Kecamatan Penebel”. Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, Undiksha.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Swandiningrat. (2011). Model Pembelajaran Dick and Carey. [Online]. Tersedia di: https://swandiningrat.wordpress.com/2011/12/20/model-pembelajaran-dick-carey/. Diakses 10 September 2015.
Tanpa Nama. (2015). Desain Program Pelatihan Model Dick and Carey. [Online]. Tersedia di: http://bahanbelajaronline.com/desain-program-pelatihan-model-dick-and-carey. Diakes 8 September 2015.
Comments
Post a Comment