Skip to main content

Konsep Desain Model Pelathan Briggs

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Program pendidikan dan pelatihan merupakan program penting yang keberadaannya seharusnya dapat diupayakan dengan baik sehingga dapat menghasilkan peserta diklat yang berkualitas pula. Banyak sekali upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan dari berbagai hal.
Untuk dapat membantu dalam meningkatkan kualitas program diklat tersebut, maka muncul lah beberapa model-model program pendidikan dan pelatihan dari para ahli dengan berbagai kelebihan dan kekurangan serta karakteristik yang berbeda-beda. Model-model pembelajaran ini dihasilkan dari pemikiran para ahli yang telah meneliti dan mencoba untuk menerapkan model-model ini.
Saah satu model yang dikembangkan para ahli tersebut adalah model Briggs. Model Briggs adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi (Briggs, 1978: 23). Model ini lebih ditekankan pada pendidik, pelatih ataupun widyaiswara sebagai penggerak utama untuk dapat mencapai tujuan program diklat. Model Briggs ini terdiri dari berbagai tahapan-tahapan yang dapat dijadikan pedoman, serta terdiri dari beberapa jenis model yang sama yang akan penyusun jabarkan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penyusun dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep desain program pelatihan model Briggs?
2. Bagaimanakah tahapan dalam desain program pelatihan model Briggs?
3. Apa sajakah yang termasuk jenis dari desain program pelatihan model Briggs?

C. Tujuan 
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep desain program pelatihan model Briggs.
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam desain program pelatihan model Briggs.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis atau beberapa model yang dirasa sama dengan model Briggs. 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Desain Program Pelatihan Model Briggs
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi (Briggs, 1978: 23). Jadi, pengertian model instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan instruksional. Hasil akhir dari pengembangan instruksional adalah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang di kembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu. Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaaan, pengembangan dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang di kembangkan tersebut sehingga setelah mengalami beberapa kali revisi,  sistem instruksional tarsebut dapat memuaskan hati pengembangannya.
Pengembangan instuksional model briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupaun tim pengembang instruksional yang anggotanya meliputi guru,  administrator ahli bidang studi,  ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. 

B. Prosedur Desain Program Pelatihan Model Briggs
Model pengembangan ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara tujuan yang akan di capai, strategi untuk mencapainya, evaluasi keberhasilannya, yang dalam bahasa sehari –hari dapat di nyatakan dalam bentuk pertanyaan mau kemana, dengan apa dan bagaimana sampai ke tujuan. Tiga pertanyaan tersebut merupakan prinsip dasar pengembangan yang dipakai dalam model Briggs.
1. Mau kemana? Meliputi:
a. Identifikasi masalah/ tujuan
b. Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
c. Penyusunan materi/ silabus
d. Analisis tujuan 
2. Dengan apa? Meliputi:
a. Analisis tujuan
b. Jenjang belajar  dan strategi instruksional
c. Rancangan instruksional (Guru)
d. Strategi instuksional (tim peembangan instruksional) 
3. Bilamana sampai tujuan? meliputi:
a. Penyusunan tes
b. Evaluasi formatif 
c. Evaluasi sumatif 
Jadi,  pertanyaaan “mau kemana” terjawab bila tujuan belajar telah di rinci. Selanjutnya pertanyaan “dengan apa “ terjawab bila materi media dan kegiatan yang akan di ambil telah di tentukan. Kemudian pertanyaan “bagaimana sampai” terjawab pula bila mana di pergunakan alat pengukur yang sesuai, yaitu memang secara khusus di rancang untuk keperluan itu tersebut. Berdasarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan prosedur model pengembangan intruksional dari briggs, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 
1. Identifikasi kebutuhan/tujuan
a. mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
b. menentukan prioritas tujuan, 
c. mengidentifikasi kebutuhan  kurikulum baru, dan
d. menentukan prioritas remedialnya.
2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan 
Kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus di rinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3. Perumusan tujuan 
Sesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum di tentukan dan diorganisasi menurut tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya di rumuskan dalam tingkah laku belajar yang dapat di ukur. Dianjurkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:
- Tindakan
- Objek
- Situasi
- Alat dan batasan
- Kemampuan.
4. Analisis tugas/tujuan
a. Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
b. Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang di perlukan.
c. Tugas belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar.
Penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin di capai. Tes evaluasi harus sahih (valid),  karena itu harus selaras (congruen) dengan tujuannya, apakah itu di maksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya mildtem test,  tes diagnosis,  seperti pre-test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila di pandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.   
6. Menentukan jenjang belajar.
Menurut urutan yang telah di analisis pada nomor 4. Briggs mengklarifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi kontruksionsal. Jenjang belajar menyusun kembali sakues belajar tesebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan persyarat bagi kegiatan belajar yang lain, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optimal).  
7. Menentukan kegiatan belajar 
Penentuan strategi instruksional ini di tinjau dari dua segi,  yaitu: 
a. dari segi guru sebagai perancang kegiatan instruksional
b. menurut tim pengembangan instruksional.
Kegiatan yang perlu di lakukan guru dalam pengembangan strategi instruksional ini meliputi: 
a. pemilihan media
b. perencanaan kegiatan belajar mengajar, 
c. pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, 
d. pelaksanaan evaluasi belajar. 
Yang di lakukan oleh tim pengembangan instruksional ini terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
a. penentuan stimulus belajar yaitu stimulus apa yang paling sesuai untuk TIK tertentu (verbal, visual, demonstrasi, dan sebagainya), 
b. pemilihan media:  yang harus di lakukan dalam batas-batas konten yang ada kemudian di pertimbangkan segi keefektifan dan keefisiennya 
c. penentuan kondisi belajar: dilakukan dalam mempertimbangkan faktor internal seperti motivasi, pengalaman belajar, dan sebagainya.dan faktor ekstrnal yang berupa stimulus dari dosen, media, dan materi. Dalam penentuan strategi belajar, kondisi belajar ini dilihat dalam perspektif kegiatan belajar (meminta perhatian,  memberi informasi tentang tujuan mengingatkan kembali, memberi contoh memberi petunjuk belajar, merangsang kegiatan, memberi umpan balik,  menilai keberhasilan, dan memberi gairah usaha penyarapan atau rentensi dan alih ilmu) dan kawasan hasil belajar di klarisifikasikan ke dalam 12 kawasan (diskriminasi,  konsep, konkret, konsep verbal, aturan, pemecahan masalah, kemampuan kognitif, kemampuan sikap/ efektif, kemampuan keterampilan/ motoris, kemampuan mengientifikasi, kemampuan asosiatif dan kemampuan mengorganisasi).
d. perumusan strategi belajar: merumuskan bagaimana kondisi belajar yang sudah di pilih pada langkah di atas.
e. pengembangan media:  Dikembangkan berdasarkan analisis dan informal yang mendahului yang meliputi produksi program media,  petunjuk belajar, dan evaluasi belajar yang telah di susun. 
f. evaluasi formatif: di lakukan untuk penyempurnaan butir-butir tes yang telah di susun.
g. penyusunan pedoman pemanfaatan: untuk dapat membantu dosen bagaimana memanfaatkan sistem instruksional yang di kembangkan tersebut secara lengkap.
8. Pemantauan bersama 
Pada tahap pemantauan bersama ini di lakukan oleh guru sebagai perancang kegiatan instruksional dan tim pengembangan instruksional.
9. Evaluasi formatif 
Evaluasi formatif ini untuk mumperoleh data dalam rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar. Evaluasi formatif ini dilakukan menurut tiga fase, yaitu: 
a. uji coba satu persatu
b. uji coba pada kelompok kecil
c. uji coba lapangan dalam skla besar
10. Evaluasi sumatif 
Untuk menilai sistem  penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. yang di nilai dalam evaluasi sumatif ini mencakup hasil belajar,  tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih. Ciri-ciri pembelajaran langsung
a. Adanya tujuan pembelajaran 
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran 

Bagan 1. Prosedur dalam desain program pelatihan model Briggs

C. Bentuk dan Jenis Pelatihan Model Briggs
Menurut penyaji Made dan Nur Fauziah memiliki model-model pelatihan yang sama, yaitu Model sistem Pengembangan sistem pembelajaran (Instructional system development model) dan Model transisional (Transitional model). Dan Pak Amril selaku dosen juga menjelaskan lebih banyak tentang 2 model ini, yaitu :
1. Model sistem Pengembangan sistem pembelajaran (Instructional system development model)
Model ini adalah model pelatihan yang menjawab masalah pelatihan. Berfokus pada penampilan kerja.  Model ini juga membantu dalam menentukan dan mengembangkan strategi yang menguntungkan, klasifikasi konten, dan memberikan media untuk jenis-jenis tujuan pelatihan untuk dicapai. Dalam model ini terdapat 5 tahapan, yaitu :
a. Analisis : Fase ini terdiri dari pelatihan penilaian kebutuhan, analisis jabatan, dan analisis target audiens.
b. Perencanaan : Fase ini terdiri dari menetapkan tujuan dari hasil pembelajaran, tujuan instruksional yang mengukur perilaku peserta setelah pelatihan, jenis bahan pelatihan, pemilihan media, metode mengevaluasi peserta pelatihan, pelatih dan program pelatihan, strategi untuk memberikan pengetahuan yaitu, seleksi isi, urutan konten, dan lain-lain
c. Pengembangan : Fase ini berarti keputusan desain ke dalam materi pelatihan. Ini terdiri dari mengembangkan materi kursus untuk pelatih termasuk handout, buku kerja, alat peraga, alat peraga demonstrasi, dll materi kuliah untuk trainee termasuk handout ringkasan. 
d. Eksekusi : Fase ini berfokus pada pengaturan logistik, seperti mengatur speaker, peralatan ini, bangku, podium, fasilitas makanan, pendinginan, pencahayaan, parkir, dan aksesoris pelatihan lainnya.
e. Evaluasi : Fase ini terdiri dari mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan membuat perubahan yang diperlukan untuk setiap tahap sebelumnya dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik kegagalan.
2. Model Transisional
Model transisi berfokus pada organisasi secara keseluruhan. Lingkar luar menjelaskan visi, misi dan nilai-nilai organisasi yang berdasarkan model pelatihan yaitu lingkar dalam yang dijalankan.
Visi berfokus pada tonggak yang organisasi ingin dicapai pada tenggak waktu tertentu. Pernyataan visi mengatakan bahwa di mana organisasi melihat dirinya beberapa tahun ke depan. Visi mungkin termasuk pengaturan mode peran, atau membawa beberapa transformasi internal atau mungkin menjanjikan untuk bertemu dengan beberapa tenggat waktu lainnya.pembuatan visi biasanya menggunakan kalimat pasif.
Misi menjelaskan alasan keberadaan organisasi. Ini mengidentifikasi posisi dalam komunitas. Alasan mengembangkan pernyataan misi adalah untuk memotivasi, menginspirasi, dan memberitahu para karyawan tentang organisasi. Pernyataan misi menceritakan tentang identitas bahwa bagaimana organisasi ingin dilihat oleh pelanggan, karyawan dan semua pemangku kepentingan lainnya. Misi merupakan cara atau jalan untuk mewujudkan visi dalam suatu organisasi. Penggunaan misi biasanya menggunakan kalimat aktif.
Nilai adalah terjemahan dari visi dan misi menjadi idealisme dikomunikasikan. Hal ini mencerminkan nilai-nilai yang dipegang teguh organisasi dan independen dari lingkungan industri saat ini. Misalnya, nilai-nilai dapat mencakup tanggung jawab sosial, layanan pelanggan yang sangat baik, dan lainnya.
Selain dua model tersebut terdapat jenis model system atau system model. System  model menyatakan bahwa pelatihan merpakan suatu sistem. Pelatihan memiliki bagian-bagian system yang saling terkait, dimana jika salah satu bagian ada yang salah maka akan mempengaruhi pelatihan. Contohnya : pelatihan IT, pesertanya adalah para pekerja dari PU maka pelatihan yang diselenggarakan mengalami kesalahan. Tahapan system model :
1. Analyze and identify : Analisis departemen, pekerjaan, kelengkapan karyawan, siapa yang membutuhkan pelatihan, apa ang mereka butuhkan untuk dipelajari, perkiraan biaya pelatihan.
2. Design and provide training : Mengembangkan pelatihan yang objektif. Membuat design pelatihan.
3. Develop : Fase ini berarti keputusan desain ke dalam materi pelatihan. Ini terdiri dari mengembangkan materi kursus untuk pelatih termasuk handout, buku kerja, alat peraga, alat peraga demonstrasi, dan lain-lain. Menyeleksi metode penyampaian, apakah pedagogik cocok diterapkan oleh karyawan atau tidak, materi pelatihan, pengumpulan informasi sangat penting untuk membuat kepastian semua goal atau sasaran yang telah ditetapkan.  
4. Implementating : Pengaplikasian design. Bagian ini paling sulit karena satu step salah akan mengagalkan program pelatihan.
5. Evaluating : Semua proses menghasilkan feedback apakah program pelatihan cocok atau tidak.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengembangan instuksional model briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupaun tim pengembang instruksional yang anggotanya meliputi guru,  administrator ahli bidang studi,  ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Prosedur dalam model ini meliputi:
1. Identifikasi kebutuhan/tujuan
2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan 
3. Perumusan tujuan 
4. Analisis tugas/tujuan
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar.
6. Menentukan jenjang belajar.
7. Menentukan kegiatan belajar 
8. Pemantauan bersama 
9. Evaluasi formatif 
10. Evaluasi sumatif 
Terdapat dua jenis model pelatihan dalam model Briggs ini, yaitu model sistem Pengembangan sistem pembelajaran, dan model transisional.
DAFTAR PUSTAKA

Tirtana Budi. 2014. Model Pembelajaran Bela H.banathy, Briggs, dan Kemp. [Online]. Tersedia: https://www.scribd.com/doc/211822057/Model-Pembelajaran-Bela-H-banathy-Briggs-Dan-Kemp#download. [Diakses: 15 September 2015].
Ulfah, Nur. 2014. Pertemuan 6 Model-Model Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://nurulfah18.blogspot.co.id/2014/10/model-model-pelatihan.html. [Diakses: 11 September 2015].
Zennyq. 2012. Model Perencanaan Pembelajaran Briggs. [Online]. Tersedia: https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/29/model-perencanaan-pembelajaran-briggs/. [Diakses: 16 September 2015].

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Model Desain Pembelajaran versi IDI (Intructional Development Institute)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pembelajaran tidak hanya berbicara pada aspek terjadinya proses belajar mengajar tetapi sudah berbicara pada sarana pendukung terjadinya proses tersebut dan bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirancang. Model pembelajaran merupakan salah satu alat atau cara yang dapat diterapkan dalam proses pemeblajaran agar menunjang terjadinya proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan pembelajaran, model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran : Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Desain pembelajaran dapat dimaknai dari b...

Model Pendidikan dan Pelatihan Dick and Carey

BAB I  PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Definisi teknologi tidak sempit, tidak semata-mata sebagai suatu barang elektronik yang canggih, namun, teknologi pun memiliki definisi sebagai cara dan sumber. Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam segi alat, tak ubahnya teknologi dalam segi cara dan proses pun mengalami perkembangan, termasuk mengenai desain pembelajaran. Berkenaan dengan mata kuliah Desain Program Pendidikan dan Pelatihan ini, dalam pelaksanaannya pun menggunakan beberapa desain pembelajaran. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, setiap komponen harus memahami apa tujuan yang hendak dicapai dan langkah-langkah seperti apa yang dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Khususnya untuk tim pengembang desain maupun dari instruktur, guru, fasilitator, atau apapun sebutannya harus memahami desain pembelajaran seperti apa yang akan digunakan kemudian. Dalam kesempatan ini, pembahasan makalah berikut akan mengungkap mengenai Model Dick and Carey, sala...