BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini pembelajaran tidak hanya berbicara pada aspek terjadinya proses belajar mengajar tetapi sudah berbicara pada sarana pendukung terjadinya proses tersebut dan bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirancang. Model pembelajaran merupakan salah satu alat atau cara yang dapat diterapkan dalam proses pemeblajaran agar menunjang terjadinya proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan pembelajaran, model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran : Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Dan sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya.
Hal ini juga yang mendasari perubahan sistem yang berlaku dalam dunia pendidikan. Di karenakan untuk menyesuaikan dengan zaman dan kebutuhan yang dihadapi. Salah satu sistem pendidikan tersebut adalah sistem yang dikenal dengan sebutan IDI (Intructional Development Institute). Yang sudah tidak digunakan lagi dalam dunia pembelajaran kita.
Pada makalah ini akan di bahas salah satu jenis model desain pembelajaran dari perkembangan pembelajaran yaitu : IDI atau Intruksional Development Institute.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep model desain pembelajaran versi IDI ?
2. Apakah pengertian dari model desain pembelajaran versi IDI ?
3. Bagaimana bentuk pengembangan model desain pembelajaran versi IDI ?
4. Bagaimana bentuk-bentuk tahapan model desain pembelajaran versi IDI ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahu konsep model desain pembelajaran IDI
2. Mengetahui bentuk pengembangan model desain pembelajaran IDI
3. Mengetahui bentuk-bentuk tahapan model desain pembelajaran IDI
1.4. Manfaat
1. Meberikan pemahaman tentang konsep model desain pembelajaran IDI
2. Sebagai sarana informasi tentang perkembanagan model desain pembelajaran IDI
3. Membantu pendidik dalam merancang program pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Model Desain Pembelajarn IDI
Pengembangan instruksional model IDI (Instruksional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan University Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT). Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model pendekatan sistem yang meliputi tiga tahapan, yakni;
a. Penentuan atau pembatasan (define)
b. Pengembangan (develop)
c. Penilaian (evaluate).
2.2. Pengertian Model Desain Pembelajaran IDI
Suatu proses yang kompleks dan terpadu dari manusia,prosedur, ide,alat dan organisasi untuk mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar dan terkontrol. Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari tehnologi pendidikan. Pemecahan masalah berbentuk sistem intruksional yang lengkap,yang merupakan kombinasi dari komponen sistem intruksional yang sengaja dirancang dipilih dan digunakan secara terpadu. Terdapat tiga alasan pengembangan model instruksional yang dilakukan dalam teknologi pendidikan, yaitu: pertama, sebagai alat untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik dan pihak lainnya; kedua, sebagai rancangan yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran; dan ketiga, model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik, serta model yang rinci akan memudahkan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan penggunaannya.
Apabila diklasifikasi model-model yang berkembang dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu model mikro yang diantaranya dikembangkan oleh Banathy (1968), dan model makro yang dikembangkan the National Special Media Instritute (1971) yang disebut dengan the Instructional Development Institute (IDI). Model Bela H Banathy memiliki pendekatan terhadap peserta didik sebagai pusat sistem pembelajaran, dan modelnya ditujukan untuk kepentingan guru dalam mengelola kegiatan belajar. Model ini diadopsi dalam pengembangan sistem pembelajaran di Indonesia, dan disebut dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Sedangkan model IDI bertujuan untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources, adanya sejumlah guru yang memiliki dedikasi yang kuat dan ingin membantu peserta didik, dan mengharapkan untuk menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.
Model IDI ini divalidasi oleh konsorsium empat perguruan tinggi: Michigan State University, Syracuse University, the United States International University, dan the University of Southern California. Model IDI ini memiliki keberhasilan yang sangat optimal dalam memecahkan pembelajaran peserta didik, dan para ahli mengakui bahwa model pembelajaran ini sebagai hasil rekayasa pembelajaran yang sangat matang.
2.3. Bentuk Pengembangan Model Desain Pembelajaran IDI
Model IDI, dikembangkan oleh University Consortium for Iinstructional development and Technology (UCIDT), pengembangan model IDI menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sitem, yaitu penentuan ( define ), pengembangan ( develop ), dan evaluasi ( evaluate ). Ketiga tahapan ini dihubungkan dengan umpan balik ( feedback ) untuk mengadakan revisi. Perencanaan (desain) intruksional ini dimaksudkan untuk bisa dipergunakan di SD, SMP, SMA, SMK, maupun perguruan tinggi. Juga bisa diterapkan dari suatu kompetensi dasar, dan untuk suatu standar kompetensi yang akan melibatkan beberapa pengajar. Desain instruksional ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan :
Apa yang dikuasai (kompetensi dasar) ?.
Apa/bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar), sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan ?.
Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)?.
2.4. Tahap Tahap Model Desain Pembelajaran IDI
Pada model IDI terdapat tiga tahapan besar yang harus dilakukan dalam merancang model pengaharan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi (evaluate). Dan pada setiap tahapan besar dibagi lagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Define (Penentuan)
Langkah-langkah penentuan meliputi :
a) Identifikasi masalah
Identifikasi masalah diawali dengan menentukan tingkat kebutuhan siswa akan kebutuhan pengalaman belajar yang akan diberikan. Dari perbedaan apa yang ada sekarang dengan apa yang diharapkan dapat diketahui masalahnya. Dan ketika sudah diketahui masalahnya maka kita menentukan tujuan dan alternative pemecahan masalah.
b) Analisis Latar
Dalam model perencaan pengajaran model IDI adalah analisis terhadap hal-hal berikut :
• Karakteristik siswa.
Karakteristik siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya baik dalam hal bakat, minat, potensi, motivasi, tingkat kecerdasan intelektual maupun tingkat kecerdasan emosional. Melihat karakteristik yang berbeda-beda maka program, pengelolaan dan pendekatan pengajaran juga harus memperhatikan segi-segi perbedaan tersebut termasuk sistem instruksional yang dikembangkan.
• Kondisi
Kondisi adalah keadaan lingkungan baik fisik mapun social yang ada di sekitar siswa dan sekitar sekolah. Semuanya harus diperhatikan dengan cara seksama dan cermat agar tidak menjadi hambatan dalam kegiatan pengajaran, tetapi sebaliknya semuanya diuapayakan dapat memeberikan dukungan terhadap kegiatan pengajaran.
• Sumber-sumber yang relevan
Sumber-sumber belajar baik yang dirancang maupun tidak dirancang, baik human maupun non-human semuanya harus di manfaatkan secara baik dan optimal.
• Pengelolaan organisasi.
Pengembangan model perencanaan pada dasarnya bagaimana mengorganisasikan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, siapa saja yang akan mengerjakan, siapa yang mengerjakan dan kapan serta dimana model perencanaan pengajaran harus dikerjakan atau dibuat.
2. Develop (pengembangan)
Langkah-langkah pengembangan meliputi sebagai berikut :
a. Identifikasi tujuan
Yang dimaksudkan di sini identifikasi tujuan pengajaran mulai dari tujuan instruksional umum (kompetensi dasar) yang disebut juga terminal object dan kemudian dijabarkan menjadi tujuan instruksional khusus dan disebut juga behavioral objectives (indikator pembelajaran). Tujuan instruksional khusus atau indicator hasil belajar sangat diperlukan dalam pengembangan model instruksional.
b. Penentuan dan pemilihan metode
Metode sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai ukuran dalam memilih dan menggunakan metode mengajar adalah:
- Urutan/ isi bahan mata pelajaran yang akan disajikan,
- Bentuk dan tempat kegiatan yang akan dilakukan, Dalam penentuan metode termasuk didalamnya metode pengajaran yang dipilih dan disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi pembelajaran yang ada dan tercipta.
c. Penyusunan protipe
Pada tahap ini protipe model perencanaan pengajaran dikembangkan sesuai tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Dan harus ada relevansi antara tujuan instruksional khusus dengan bahan pengajaran
3. Evaluate (evaluasi)
Langkah-langkah evaluasi meliputi :
a) Tes uji-coba
Uji coba bisa dilakukan terhadap teman-teman guru atau mahasiswa sebagai, bisa juga langsung terhadap siswa sebagai sampel. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan serta efektivitas dan efisiensi program pengajaran yang telah disusun dan dibuat.
b) Analisis hasil
Setelah di ujicobakan kemudian dianalisis berkenaan tiga hal sebagai berikut :
• Apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai?, bila tidak tercapai apakah rumusan tujuan yang telah dibuat sudah cuku operasional atau belum.
• Apakah metode/teknik atau pendekatan dan sumber belajar yang digunakan sudah sesuai dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, mengingat adanya perbedaan karakteristik pada diri siswa.
• Apakah terdapat kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi. Dan apakah hal-hal yang perlu dievaluasi secara keseluruhan dengan baik dan benar.
2.5. Diklat dengan Menggunakan Model Desain Pembelejaran IDI
Nama Diklat : Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa
Penentuan
Identifikasi Masalah : merujuk pada kebutuan mahasiswa akan keilmuan yang tidak hanya bersifat kognitif dan keilmuan mengenai kompetensi yang harus dimiliki sesuai dengan program studi yang dipilihnya, tetapi juga pengembangan keilmuan yang bersifat afektif dan psikomotor serta kelimuan yang lebih mengedepankan potensi diri dan aktualisasi diri dalam ranah pengembangan kepribadian dan social, untuk mengatasi dan menjebatani masalah tersebut maka dibuatlah program pendidikan dan pelatihan dasar kepemimpinan mahasiswa.
Karakteristik Peserta : sasaran diklat ini adalah mahasiswa baru, yang berasal dari berbagai daerah dan telah dinyatakan sah menjadi mahasiswa. Melihat mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah dan dari berbagai latar belakang budaya maka perlunya penyamaan kemampauan dan pnegenalan mengaenai lingkungan baru, hal yang menjadi titik berat dari karakteristik peserta adalah tingkat keingin tahuan yang cukup tinggi terhadap lingkungan barunya serta motivasi yang tinggi untuk memulai kegiatam di lingkungm barunya.
Kondisi : keadaan lingkungan yang dijadikan tempat pelaksanaan diklat cukup menunjang pelaksanaan kegiatan diklat dengan adanya ruangan yang memadai sarana publikasi yang cukup dan lingkungan social yang mendukung terselengaranya kegiatan.
Sumber-sumber yang relevan : yeng menjadi sumber belajar dalam pelaksanaan diklat ini adalah materi belajar pada setiap kegiatan diklat serta nara sumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan materi diklat.
Pengelolaan Organisasi : pengelolaan diklat ini diawakli dengan perencanaan diklat, mulai dari konsep diklat yang akan dilaksanakan, sampai teknis pelaksanaan kegiatan, yang menjadi peserta diklat adalah mahasiswa baru angkatan 2015, penegelola kegiatan adalah mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 yang menjadi nara sumber atau pemateri kegiatan diklat adalah dosen, tenaga pengejar dan tenaga ahli mengenai materi diklat.
Materi Diklat
1. Konsep Kepemimpinan
2. Urgensi gerakan mahasiswa dalam implementasi tri darma perguruan tinggi
3. Komunikasi organisasi
4. Manajemen konflik
Pengembanagan
Identifikasi Tujuan : tujuan diklat ini adalah sebagai sarana pengenalan lingkungan social baru dan pnegembangan keilmuan kepemimpina dan kepribadian sebagai seorang mahasiswa.
Metode Diklat : metode diklat ini menggunakan metode ceramah, diskusi, sinetasi dan simulasi yang disesuaikan dengan jenis materi diklat.
Evaluasi
Tes : tes yang digunakan adalah tes bentuk objektif dengan menggunakan soal tes pilihan ganda yang nantinya akan diolah sebagai acauan dari ketercapaian materi diklat.
Analisa hasil : ketercapaian tujuan diklat akan dilhat dari hasil penilaian tes, kehadiran dan keaktifan peserta sesuai dengan skala penilain yang sudah dibuat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sangat baik, pada zamannya. Yang memiliki banyak kelebihan yang terkandung didalamnya selain kekurangan tentunya. Karena setiap model yang berlaku tidak akan lepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada begitupun dengan sistem IDI ini.
Akan tetapi sistem ini juga masih dapat kita pelajari untuk dijadikan bahan perbandingan. Selian dapat diterapkan dalam metode pembelajaran yang tentunya tidak semua. Hanya beberapa saja yang dianggap masih relevan saja dan sesuai dengan kebutuhan. Dan disisi lain, apabila kita bisa lebih paham untuk mendalami lagi, pelaksanaan sistem model desain pembelajaran IDI akan bermanfaat kepada guru untuk menciptakan suasana belajar yang PAKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
3.2. Usul dan Saran
Dalam penulisan makalah ini tidak hanya memiliki kelebihannya saja,melainkan terdapat pula kekurangan. Oleh karena itu apabila terdapat kekurangan dan memiliki usulan dan saran mengenai makalah ini dapat disampaikan kepada kami guna untuk kemajuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenanada Media, Jakarta, cet. Ke-1, 2008.
Comments
Post a Comment